KADO ULANGTAHUN
Karya : Suryani/ IXe
Hari ini adalah hari yang
cerah. Apa lagi bagi Ane. Karena hari ini adalah hari ulangtahunnya. Tapi, Ane
tidak melihat keluarganya ada dirumah. Saat ini Ane sendirian berada didalam
rumah.
“Huh…….sebel…sebel!. Bisa-bisanya
mereka meninggalkan aku sendirian dirumah pada hari ulangtahunku.” Kata Ane
sambil mengerutu.
Tak lama kemudian Ane mendengar
seseorang yang mengetuk pintu rumah Ane.
“Tok…..tok…..tok…” suara ketukan
pintu.
Ane pun berlari menuju pintu dan ingin
segera membukanya berharap bahwa itu keluarganya yang datang dan membawa
kejutan. Setelah Ane membuka pintu ternyata, itu adalah tukang pos. Ane sangat
kecewa pada saat itu karena yang dia harapkan ternyata bukan.
“Ada apa Pak.” Kata Ane dengan agak
lemas.
“Ini ada titipan.” Kata tukang pos
sambil menyondorkan sebuak kotak yang di bungkus rapi.
Setalah memberikan kotak itu tukang
pos pun lalu pergi.Ane lalu masuk dan duduk di ruang tamu sambil merenungi
kotak itu.
“Kira-kira kotak ini untuk siapa
ya..?. kenapa tidak ada nama pengirimnya dan untuk siapa kotak ini.” Kata Ane
bicara sendiri.
Makin lama Ane merenungi kotak itu dia
semakin penasaran dan niat untuk membukanya pun semakin kuat. Akhirnya Ane
memutuskan untuk membuka kotak tersebut apa pun resikonya nanti. Setelah dibuka
ternyata isinya hadiah ulangtahun untuk Ane.
“Waah…hadiah ulangtahun untukku dari
Ayah dan Ibu. Hadiah yang selama ini sangat aku inginkan.” Kata Ane sambil
bersorak riang.
Keesokan harinya Ane bersiap untuk berangkat sekolah. Ane
berangkat sekolah diantar oleh Ayahnya. Pagi-pagi sekali dia sudah sibuk
mencari Irfan dan Fika.Mereka adalah teman sekelas Ane. Tapi, Ane tidak
menemukan mereka dan bel tanda masuk sudah berbunyi. Akhirnya Ane masuk kelas
dan akan menemui mereka nanti pada saat istirahat.
“Teng……teng…..” bel tanda istirahat.
Ane pun bergegas menemui Irfan dan
Fika. Lalu Ane menghampiri Irfan dan Fika yang duduk di kantin.
“Hai……….” Kata Ane menyapa kedua
temannya itu.
“Hai juga……..” kata kedua temannya serentak.
“Aku ingin menunjukkan sesuatu pada
kalian.”
“Apa itu…?” kata Irfan manambahkan.
“Lihat ini.” Kata Ane dengan muka
riang.
“waaahh… buku ini kan langkah dan
susah sekali untuk di temui.” Kata Fika.
Beberapa saat mereka
berbincang-bincang tak terasa waktu istiahat sudah habis. Mereka bergegas untuk
segera masuk ke kelas takut kalau mereka keduluan guru yang galak itu. Bagi Ane
hari ini hari sial baginya karena hari ini saatnya untuk belajar matematika.
Selain
gurunya galak ia juga takut melihat tampang guru itu kalau sedang marah kepada
Ane karena terlambat masuk kelas.Tak lama setelah Ane masuk kelas, datanglah
guru seram itu. Seram adalah julukan guru itu dari Ane.
“Baiklah anak-anak keluarkan PR kalian
kalian sekarang.” Kata guru seram dengan nada tinggi.
“Baik Pak….” Jawab para murid
serentak.
“Ok sesuai janji kalian hari ini kita
akan mengadakan ulangan.”
“Apa Pak ulangan kapan kita berjanji
dengan Bapak.” Kata Fika dengan nada penuh penolakan.
“Kamu menentang saya ya! Kalau tidak
mau ikut ulangan keluar saja kamu. Cepat sekarang keluar…..sekarang juga.!”
Kata sang guru seram sambil berteriak.
Akhirnya pun Fika keluar karena
terpaksa sebenarnya bukan terpaksa tapi dia kan diusir oleh guru seram. Ulangan
hari ini pun berjalan tanpa kehadiran seorang Fika. Itulah Fika sudah tahu sifat
guru itu Tidak suka ditentang kenapa Fika jadi berbuat nekad.
Saat pulang Fika tidak berkata apa-apa
Fika hanya diam sambil menunduk. Ane memperhatikan Fika ingin mengajaknya
berbicara tapi takut Fika tidak menanggapi
Ane yang mengajaknya berbicara. Sesaat Ane menimbang-nimbang akhirnya Ane
memutuskan untuk mengajaknya berbicara.
“Fika kenapa kamu diam saja?” kataku
dengan nada pelan.
“Aku tidak apa-apa aku hanya takut saja.” Sahut Fika.
“Takut apa aku rasa tidak ada yang
perlu ditakuti.” Ane melanjutkan.
“Aku…aku takut kalau orang tuaku marah
karena aku tidak ikut ulangan matematika hari ini.” Kata Fika sambil
tersedu-sedu karena menangis.
Ane tidak berkata apa-apa mendengar
jawaban dari Fika. Ane hanya bisa terdiam mendengar penjelasan dari temannya
itu. Beberapa saat kemudian mereka berpisah karena arah rumah mereka berbeda.
Malam
harinya Ane masih memikirkan perkataaan temannya tadi. Saat Ane sedang melamun
tiba-tiba Ane dikagetkan oleh kakaknya yang baru pulang tadi sore dari Malang.
“Ehh….Kakak
ngaget’tin aku aja!” Kata Ane sambil marah-marah.
“Kamu
nih.. aku kan Cuma bercanda.” Jawab Kakak Ane.
“Katanya
kamu dapat hadiah ulangtahun buku novel langka dari Ayah dan Ibu.”
“Kalau
iya kenapa?.”
“Aku
mau pinjem boleh.” Kta kakak Ane dengan sedikit merayu.
“Boleh
ambil saja di tas ku.”
Kakak Ane pun segera bergerak untuk
menganbil buku itu. Karena buku itu sangat langkah. Jadi, daripada kakak Ane
bersusah payah mencarinya lebih baik Kakak Ane meminjam punya Ane.
“Mana An… kok gak ada sih.” Kata Kakak
Ane sambil berteriak.
“Ada ok! coba dicari lagi.” Jawab Ane.
“Gak ada!”
Ane pun berlari menghampiri Kakaknya
takut apa yang dikatakan kakaknya itu benar. Ane hanya berpikir kalau kakanya
hanya bercanda.
“Kak jangan bercanda dong!”
“Nggak aku gak bercanda ini beneran.”
Kakak Ane menjelaskan.
Ane taku dimarahi oleh Ayahnya karena
telah menghilangkan buku itu. Padahalkan Ayahnya sudah berusaha keras untuk
mendapatkan buku itu.
“Kak…tolong jangan beri tahu Ayah. Aku
akan mencarinya besok disekolah siapa tahu tertinggal saat aku bawa ke
sekolah.”
“Baiklah.” Kata kakak Ane dengan nada
kecewa karena tidak bisa membaca buku itu sekarang.
Keesokan harinya Ane mengelilingi sekolah berharap bukunya
agar ketemu supaya dia tidak dimarahi oleh Ayahnya. Tapi, sudah satu sekolahan
Ane kelilingi namun, bukunya tidak ketemu. Akhirnya Ane masuk ke kelas lalu
duduk dan menangis. Tak lama kemudian datanglah Fika yang segera mengajak Ane
berbicara.
“Kamu kenapa Ane pagi-pagi kok kamu
sudah nangis sendirian dikelas?” kata Fika penuh dengan rasa bingung.
“Buku ku hilang Fik….” Ane
menjelaskan.
“Buku yang kamu tunjukkan kepada kami
kemarin!”
“Iya.”
“Aduh Ane kenapa bisa hilang sayang
banget lho. buku itu kan susah untuk dicari.”
“Aku gak tahu. Aku takut dimarahi oleh
Ayahku.”
Fika tak bisa berkata apa-apa Fika
hanya bisa menenangkan hati sahabatnya itu karena Fika tidak bisa berbuat
apa-apa lagi. Ane dan Fika sekarang sedang menanti kedatangan Irfan berharap
bahwa Irfan mengetahui dimana buku itu. Tak lama kemudian Irfan pun dating.
“Irfan apa kamu melihat buku Ane yang
kemarin ditunjukkan olehnya.” Kata Fika
“Ooooo……buku itu, buku itukan aku
pinjam mas sih Ane lupa!” Irfan menjelaskan.
“Apa kamu meminjamnya Irfan kenapa
kamu tidak minta izin kepadaku dulu.”
“Aku kan sudah bilang kepadamu saat
kita di kantin.”
“OH… kalau begitu aku yang tidak
mendengarmu maaf ya.”
“Iya gak apa-apa ini bukunya.”
Ane pun sangat senag karena bukunya
sudah ketemu dan Ane tidak perlu khawatir lagi untuk dimarahi olah Ayahnya. Ane
sangat senang karena kado ulangtahunnya yang sangat berharga tidak hilang. Dan
ane tidak akan melupakan kejadiannya pada hari itu ia akan menjadikan pelajaran
bagi dirinya gar tidak ceroboh.